Kartun Gimbal

Gaya Style Rambut Anak Anak Jamaican Dreads

Rambut Gimbal Alami Dari Dieng Wonosobo Jateng
 http://echihere.blogspot.com
http://echihere.blogspot.comLenny Kravitz Rasta Style

Model Gaya Rambut Gimbal Asian / Asian Dreadlock Hairstyle



Sadhu Style ( Dreadlock versi India bagi orang suci )

Lepas dari perawatan  rambut, secara alami rambut akan menyatu bersama membentuk knot dan  kusut atau disebut dreadlocks. Dreadlock merupakan fenomena universal.  Spiritualist dari semua kepercayaan dengan latar belakangnya memasukan  kedalam jalur ajarannya dengan tidak memperdulikan penampilan fisik dari  individu penganut kepercayaan tersebut. Para pendatang terkadang tidak  menyisir dan memotong rambutnya atau bahkan sebaliknya dengan menutup  rambutnya. Disinilah bagaimana dreadlocks lahir.
Orang Nazaret adalah masyarakat  yang paling mengerti dalam mengembangkan dreadlocks. Di timur, Yogis,  Gyanis dan Tapasvis dari semua sekte adalah pembawa dreadlocks yang  terkenal.
Dreadlocks kemudian secara  universal merupakan simbol spiritual dengan pengertian bahwa penampilan  fisik tidak penting. Dreadlocks tidak hanya sekedar simbol pernyataan  yang tidak memperdulikan penampilan fisik individu. Tradisi orang barat  dan timur percaya bahwa energi jasmani, mental dan spiritual keluar  melalui bagian atas tubuh kita, melalui kepala dan rambut; yang dapat  menjaga seseorang menjadi lebih kuat dan sehat.
Contoh dari tradisi masyarakat  barat adalah cerita kitab suci “Samson” yang tak terkalahkan, namun  ketika Delilah memotong “7 locks” dari rambutnya, pada akhirnya Samson  dapat terkalahkan. Pada cerita India klasik, para pelajar rohani  spiritual yang dengan kepercayaannya pada kitab suci injil, mereka  menjadikan dreadlocks sebagai pemecah kesombongan dari penampilan fisik  antar mereka dan menolong mereka dalam perkembangan kekuatan jasmani,  mental dan spiritual.
Ketika dunia masuk kedalam era  industri, dreadlocks sudah dapat dilihat dimana-mana selain India . Pada  abad ke 20, pergerakan sosial-agama bermulai di Harlem New York oleh  Marcus Garvey, menemukan antusiasisme dreadlocks diantara populasi  masyarakat negro di Jamaica . Group ini mengambil pengaruh dari 3 sumber  utama, yaitu: Perjanjian Lama dan Baru dari Alkitab, Budaya Suku Afrika  dan Budaya Hindu yang dapat menembus serangan budaya di Hindia barat.
Pengikut dreadlocks menyebut diri  mereka “Dreads”, menandakan mereka mempunyai dread, takut dan respek  kepada Tuhan. Dengan referensi yang berasal dari agama Hindu dan  Kristen. Rambut “dread” yang tumbuh matted locks (kusut dan terbentuk  knot) kemudian oleh masyarakat dunia disebut “Dreadlocks” – model rambut  para dread.
Perkembangan selanjutnya, para  dread lebih fokus kepada Kaisar Ethiopia Ras Tafari, Haile Selassie dan  melalui dialah muncul penganut rastafari, “Rastafarians” . Di awal  1900-an, dreadlocks diambil alih oleh penganut rastafari sebagai  tambahan terhadap fungsi asli agama dan arti pentingnya spiritual  sebagai simbol potensi sosial yang baik. Saat ini dreadlocks merupakan  hal yang sungguh-sungguh spiritual, natural dan supernatural power dan  sebagai pernyataan anti kekerasan, keselarasan, kebersamaan dan dapat  saling bersosialisasi serta solidaritas antar sesama tanpa menekan  minoritas.
Selain Bob Marley dan Jamaika,  rambut gimbal atau lazim disebut “dreadlocks” menjadi titik perhatian  dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan  musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para pemusik  reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu. Padahal  jauh sebelum menjadi gaya , rambut gimbal telah menyusuri sejarah  panjang.
Konon, rambut gimbal sudah dikenal  sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir  Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa  dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak  suku asli di Afrika , Australia dan New Guinea yang dikenal dengan  rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih tersisa  adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas  tradisional.
Membiarkan rambut tumbuh memanjang  tanpa perawatan, sehingga akhirnya saling membelit membentuk gimbal,  memang telah menjadi bagian praktek gerakan-gerakan spiritualitas di  kebudayaan Barat maupun Timur. Kaum Nazarit di Barat, dan para penganut  Yogi, Gyani dan Tapasvi dari segala sekte di India, memiliki rambut  gimbal yang dimaksudkan sebagai pengingkaran pada penampilan fisik yang  fana, menjadi bagian dari jalan spiritual yang mereka tempuh. Selain itu  ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan  tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut  dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar  melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan  maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.
Seiring dimulainya masa industrial  pada abad ke-19, rambut gimbal mulai sulit diketemukan di daerah Barat.  Sampai ketika pada tahun 1914 Marcus Garvey memperkenalkan gerakan  religi dan penyadaran identitas kulit hitam lewat UNIA, aspek  spiritualitas rambut gimbal dalam agama Hindu dan kaum tribal Afrika  diadopsi oleh pengikut gerakan ini. Mereka menyebut diri sebagai kaum  “Dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat  (dread) pada Tuhan. Rambut gimbal para Dread iniah yang memunculkan  istilah dreadlocks—tatanan rambut para Dread. Saat Rastafarianisme  menjadi religi yang dikukuhi kelompok ini pada tahun 1930-an, dreadlocks  juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran  Rastafari).
Simbolisasi ini kental terlihat  ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik.  Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah  yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di  tenda-tenda yang didirikan diantara semak belukar. Mereka memiliki  tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara  rambut gimbal. Dreadlocks juga mereka praktekkan sebagai pembeda dari  para “baldhead” (sebutan untuk orang kulit putih berambut pirang), yang  mereka golongkan sebagai kaum Babylon —istilah untuk penguasa penindas.  Pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka  dipindahkan ke daerah Kingston , seperti di kota Trench Town dan  Greenwich, tempat dimana musik reggae lahir pada tahun 1968.
Ketika musik reggae memasuki arus  besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob  Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja.  Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan  cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun  1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi  bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu  sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh  salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun  ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya  dreadlock yang permanen.
Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.
Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.
> dari berbagai sumber.       
 
 






















0 komentar:
Posting Komentar